Text
Izhar al-haq : Menelusuri jejak kitab suci lewat debat fenomenal
Adanya dialog atau debat akidah tidak mengharuskan timbulnya sikap permusuhan antarsesama manusia sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an. Bahkan, Al'Qur’an menyuruh Nabi Muhammad saw untuk memaafkan kaum Yahudi yang telah mengubah Kitab Suci mereka serta banyak melakukan pengkhianatan dalam batas yang wajar (QS. al-Baqarah: 109; al-Maidah: 13). Dialog antaragama harus menjadi jalan yang paling indah dalam mencapai kebenaran sebagaimana yang ditempuh Rasulullah saw, sahabat, dan ulama Islam sepanjang sejarah. Dan hendaknya isu pluralisme yang didengungkan akhir-akhir ini dipahami secara positif, bukan untuk membungkam kebenaran dan membiarkan umat manusia dalam kesesatan. Inilah sikap “dewasa”; “cerdas”; “terbuka pada kebenaran”; dan “modern” sebagaimana panduan Al'Qur’an.
Muhammad Rahmatullah bin Kalil ar-Rahman al-Kairanawi al-‘Utsmani
(1233 H/9 Maret 1818 M-22 Ramadhan 1308 H/1 Mei 1891) nasabnya sampai pada Khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan (kakeknya yang ke-34). Beliau adalah seorang tokoh kristologi Islam paling menonjol dalam dialog Islam-Kristen pada abad ke19. Buku Izhar al-Haq—di tangan Anda ini—adalah karya monumentalnya yang paling terkenal di kalangan pemerhati debat Islam-Kristen. Kemunculannya di dunia perdebatan membuat para pendeta merasa segan dan takluk pada kepiawaiannya. Merasa resah, Inggeris melarang keras penjualan dan pencetakan buku-buku karyanya. Sebagai buron penjajah, Inggeris memberikan 1000 rupe bagi siapa saja yang dapat menunjukkan tempat persembunyiannya. Beliau pun keluar dari India dan berangkat menuju Mekah dengan menyamar sebagai petani (1278 H/1862 M).
37408 | 2x0.233 rah i | Perpustakaan IAIN Palopo (Ruang Tandon) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain